Menuju Hidup yang Lebih Baik dengan Islam
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Mata kuliah
Agama Islam
Semester II
Kelompok:
5
Juliardi Heri S. (12129309)
|
Jurusan
Manajemen
Informatika & Komputer ,Bina Sarana Informatika
Pontianak
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat
Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “menuju hidup lebih baik dengan islam”. Penulisan makalah merupakan salah
satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah agama islam Dalam Penulisan makalah ini kami
merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi.
Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. Akhirnya kami berharap semoga Allah
memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan
dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
DAFTAR ISI
Kata pengantar......................................................................................................... i
Daftar isi................................................................................................................... ii
BAB I
Pendahuluan............................................................................................................ 1
A.
Latar
Belakang Masalah........................................................................................ 1
B.
Maksud
Dan Tujuan.............................................................................................. 1
1. Tujuan Umum....................................................................................................... 1
2. Tujuan
Khusus....................................................................................................... 2
C.
Sistematika
Penulisan........................................................................................... 2
BAB II
Pembahasan............................................................................................................. 3
A.
Sebab adanya hidup............................................................................................... 3
B.
Arti hidup kini........................................................................................................ 3
C.
Tujuan hidup.......................................................................................................... 3
D.
Kebahagiaan dunia dan akhirat........................................................................... 4
1.
Kebahagiaan Dunia............................................................................................... 4
2.
Kebahagiaan Akherat........................................................................................... 4
E.
Cara Meraih Kebahagiaan dalam hidup menurut Islam................................... 6
1.
Beriman dan beramal sholeh............................................................................... 6
2.
Memiliki akhlak mulia yang mendorong untuk berbuat baik
kepada sesama........................................................................................................ 7
3.
Memperbanyak dzikir dan merasa selalu d sertai allah.................................. 8
F.
Manfaat hidup menurut islam............................................................................. 9
1.
Menjaga kesehatan................................................................................................ 9
2.
Berusaha meraih materi yang mendatangkan kebagiaan................................ 12
3.
Memenejemen waktu............................................................................................ 12
BAB III
PENUTUP................................................................................................................. 13
KESIMPULAN......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan
Allah sebagai khalifah di bumi ini. Dan sebagai khalifah di bumi tugas utama
manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.
"Sesungguhnya
agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang
yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka,
karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya."(Ali
imran:19)
Islam adalah agama
yang mengajarkan bagaimana menjalani hidup yang seimbang antara kehidupan dunia
dan persiapan untuk menghadapi kehidupan di akhirat kelak. Allah SWT telah
membuat aturan dan petunjuk yang maha sempurna agar manusia mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Semua itu tertuang dalam firman-Nya yaitu
Al-Quran.
Alangkah indahnya
apabila kita menjalani hidup ini dengan mengikuti syariat Islam. Segala
perbuatan kita senantiasa berpedoman kepada Al-Quran dan Sunnah. Akhlak manusia
akan terus terpelihara. Tindak kejahatan tidak akan pernah kita dengar,
kesenjangan sosial tidak akan pernah ada. Yang ada hanyalah kehidupan yang
harmonis antar umat manusia sehingga tercipta kehidupan yang aman, tentram, dan
sejahtera.
Islam pada dasarnya memandang masalah materi sebagai sarana
bukan tujuan. Oleh karenanya, Islam memberikan perhatian sangat besar pada
unsur ma'nawi seperti memiliki budi pekerti yang luhur sebagai cara mendapatkan
kebahagiaan hidup. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat tema yang
berjudul menuju hidup lebih baik dengan islam.
B.
Maksud Dan Tujuan
1.
Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui cara menuju kehidupan yang lebih
baik dengan islam
2.
Tujuan Khusus
Mahasiswa
mengerti pentingnya kehidupan, mampu melakukan cara meraih kebahagiaan dan manfaat hidup menurut islam serta bisa
memahami tentang kebahagiaan kehidupan di dunia dan akhirat.
C.
Sistematika Penulisan
Dalam
makalah ini terdapat 3 bab, yang terdiri dari Bab 1 pembukaan, berisi tentang
latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan, Bab II pembahasan dan Bab III
penutup berisi kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sebab Adanya Hidup
Semesta
raya ini dulunya dari kekosongan total, tidak satupun yang ada kecuali Allah
yang ESA yang senantiasa dalam keadaan ghaib. DIA mempunyai maksud agar berlaku
penyembahan terhadapNYA yang tentu harus dilaksanakan oleh makhluk yang
memiliki logika Maka perlulah diciptakan jin dan manusia yang akan menjalani
ujian dimana dapat ditentukan berlakunya pengabdian dimaksud. Kedua macam
makhluk ini membutuhkan tempat hidup dimana segala kebutuhan dalam pengujian
tersedia secara alamiah atau ilmiah, maka diciptakanlah benda angkasa berbagai
bentuk, masa dan fungsi. Semuanya terlaksana secara logis menurut rencana
tepat, dan tiba masanya dimulai penciptaan Jin dan Manusia, masing-masing
berbeda di segi abstrak dan konkrit.
Allah itu Pencipta tiap sesuatu dan DIA menjaga tiap sesuatu itu. (QS 39/62)
DIA pelaksana bagi apa yang dia inginkan. (QS 85/16)
Dan tidaklah AKU ciptakan jin dan manusia itu kecuali untuk menyembah AKU (di akhirat utamanya). (QS 51/96).
Allah itu Pencipta tiap sesuatu dan DIA menjaga tiap sesuatu itu. (QS 39/62)
DIA pelaksana bagi apa yang dia inginkan. (QS 85/16)
Dan tidaklah AKU ciptakan jin dan manusia itu kecuali untuk menyembah AKU (di akhirat utamanya). (QS 51/96).
B.
Arti Hidup Kini
Al
Qur’an memberikan ajaran tentang arti hidup bahwa hendaklah menghubungkan
dirinya secara langsung kepada Allah dengan cara melaksanakan hukum-hukum
tertulis dalam al quran, dan menghubungkan dirinya pada masyarakat sesamanya
dalam melaksanakan tugas amar makhruf nahi munkar.
DIA’lah yang menciptakan kematian dan kehidupan agar DIA menguji kamu yang mana diantara kamu yang lebih baik perbuatannya, dan DIA Mulia dan pengampun (QS 67/2)
Bahwa Kami menunjukkan garis hukum padanya (manusia itu), terserah padanya untuk bersyukur atau kafir. (QS 76/3)
DIA’lah yang menciptakan kematian dan kehidupan agar DIA menguji kamu yang mana diantara kamu yang lebih baik perbuatannya, dan DIA Mulia dan pengampun (QS 67/2)
Bahwa Kami menunjukkan garis hukum padanya (manusia itu), terserah padanya untuk bersyukur atau kafir. (QS 76/3)
C.
Tujuan Hidup
Al
Qur’an menjelaskan bahwa kehidupan kini bukanlah akan berlalu tanpa akibat
tetapi berlangsung dengan catatan atas semua gerak lahir dan batin yang
menentukan nilai setiap individu untuk kehidupan konkrit nantinya di alam
akhirat, dimana kehidupan terpisah antara yang beriman dan yang kafir untuk
selamanya. Dan berlombalah kepada keampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya
sama dengan luas planet-planet dan Bumi ini, dijanjikan untuk para muttaqien
(QS 3/133)
Sungguh kami ciptakan manusia itu pada perwujudan yang lebih baik. Kemudian kami tempatkan dia kepada kerendahan yang lebih rendah. Kecuali orang-orang beriman dan beramal shaleh, maka untuk mereka upah yang terhingga. QS 95/4-6)
Dengan keterangan singkat ini, jelaslah bahwa Al Qur’an bukan saja menjelaskan kenapa adanya
Sungguh kami ciptakan manusia itu pada perwujudan yang lebih baik. Kemudian kami tempatkan dia kepada kerendahan yang lebih rendah. Kecuali orang-orang beriman dan beramal shaleh, maka untuk mereka upah yang terhingga. QS 95/4-6)
Dengan keterangan singkat ini, jelaslah bahwa Al Qur’an bukan saja menjelaskan kenapa adanya
hidup
kini, tetapi juga memberikan arti hidup serta tujuannya yang harus dicapai oleh
setiap diri.
D.
Kebahagian dunia dan akhirat
1.
Kebahagiaan
dunia
Islam
telah menetapkan beberapa hukum dan beberapa kriteria yang mengarahkan manusia
untuk mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia. Hanya saja Islam menekankan bahwa
kehidupan dunia, tidak lain, hanyalah jalan menuju akhirat. Sedangkan kehidupan
yang sebenarnya yang harus dia upayakan adalah kehidupan akhirat. Allah Ta'ala
berfirman,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً
"Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik." (QS. An-Nahl: 97)
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi." (QS. Al-Qashshash: 77)
فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
"Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit." (QS. At-Taubah: 38)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً
"Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik." (QS. An-Nahl: 97)
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi." (QS. Al-Qashshash: 77)
فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
"Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit." (QS. At-Taubah: 38)
2. Kebahagiaan akhirat
Kebahagiaan
akhirat merupakan kebahagiaan abadi yang kekal. Menjadi balasan atas keshalihan
hamba selama hidup di dunia. Allah berfirman,
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
"(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun`alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan"." (QS. Al Nahl: 32)
لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ
"Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa." (QS. Al Nahl: 30)
Islam telah menetapkan tugas manusia di bumi sebagai khalifah di dalamnya. Bertugas memakmurkan bumi dan merealisasikan kebutuhan manusia yang ada di sana. Hanya saja dalam pelaksanaannya senantiasa ada kesulitan, sehingga menuntutnya bersungguh-sungguh dan bersabar. Hidup tidak hanya kemudahan sebagaimana yang diinginkan dan diangankan orang. Bahkan dia selalu berganti dari mudah ke sulit, dari sehat ke sakit, dari miskin ke kaya, atau sebaliknya.
Ujian-ujian ini akan selalu mengisi hidup manusia yang menuntunnya untuk bersabar, berkeinginan kuat, bertekad tinggi, bertawakkal, berani, berkorban, dan berakhlak mulia serta lainnya. Semua ini akan mendatangkan ketenangan, kebahagiaan, dan ridla.
Allah Ta'ala berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأَمْوَالِ وَالأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al Baqarah: 155-157)
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
"(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun`alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan"." (QS. Al Nahl: 32)
لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ
"Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa." (QS. Al Nahl: 30)
Islam telah menetapkan tugas manusia di bumi sebagai khalifah di dalamnya. Bertugas memakmurkan bumi dan merealisasikan kebutuhan manusia yang ada di sana. Hanya saja dalam pelaksanaannya senantiasa ada kesulitan, sehingga menuntutnya bersungguh-sungguh dan bersabar. Hidup tidak hanya kemudahan sebagaimana yang diinginkan dan diangankan orang. Bahkan dia selalu berganti dari mudah ke sulit, dari sehat ke sakit, dari miskin ke kaya, atau sebaliknya.
Ujian-ujian ini akan selalu mengisi hidup manusia yang menuntunnya untuk bersabar, berkeinginan kuat, bertekad tinggi, bertawakkal, berani, berkorban, dan berakhlak mulia serta lainnya. Semua ini akan mendatangkan ketenangan, kebahagiaan, dan ridla.
Allah Ta'ala berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأَمْوَالِ وَالأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al Baqarah: 155-157)
Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Seluruh urusannya bernilai baik. Jika mendapat kebaikan dia bersyukur, dan itu baik untuknya. Dan jika tertimpa keburukan dia bersabar, dan itu baik untuknya." (HR. Muslim)
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Seluruh urusannya bernilai baik. Jika mendapat kebaikan dia bersyukur, dan itu baik untuknya. Dan jika tertimpa keburukan dia bersabar, dan itu baik untuknya." (HR. Muslim)
E. Cara meraih
kebahagiaan dalam hidup menurut islam
1.
Beriman dan beramal sholeh.
Meraih kebahagiaan melalui iman ditinjau dari beberapa segi:
Meraih kebahagiaan melalui iman ditinjau dari beberapa segi:
a.
Orang yang
beriman kepada Allah Yang Mahatinggi dan Yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya,
dengan iman yang sempurna, bersih dari kotoran dosa, maka dia akan merasakan
ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Dia tidak akan galau dan bosan dengan
kehidupannya, bahkan akan ridla terhadap takdir Allah pada dirinya, pastinya
dia akan bersyukur terhadap kebaikan dan bersabar atas bala'.
Ketundukan
seorang mukmin kepada Allah membimbing ruhaninya yang menjadi pondasi awal
untuk lebih giat bekerja karena merasa hidupnya memiliki makna dan tujuan yang
berusaha diwujudkannya. Allah berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al An'aam: 82)
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al An'aam: 82)
b.
Iman
menjadikan seseorang memiliki pijakan hidup yang mendorongnya untuk diwujudkan.
Maka hidupnya akan memiliki nilai yang tinggi dan berharga yang mendorongnya
untuk beramal dan berjihad di Jalan-Nya. Dengan itu pula, dia akan meninggalkan
gaya hidup egoistis yang sempit sehingga hidupnya bermanfaat untuk masyarakat
di mana dia tinggal.
Ketika
seseorang bersifat egois maka hari-harinya terasa sempit dan tujuan hidupnya
terbatas. Namun ketika hidupnya dengan memikirkan fungsinya, maka hidup nampak
panjang dan indah, dia akan merasakan hari-harinya penuh nilai.
c.
Peran iman
bukan saja untuk mendapatkan kebahagiaan, namun juga sebagai sarana untuk
menghilangkan kesengsaraan. Hal itu karena seorang mukmin tahu dia akan
senantiasa diuji dalam hidupnya. Dan ujian-ujian itu termasuk untuk menguji
keimanan, maka akan tumbuh dalam dirinya kekuatan sabar, semangat, percaya
kepada Allah, bertawakkal kepada-Nya, memohon perlindungan kepada-Nya, dan
takut kepada-Nya. Potensi-potensi ini termasuk sarana utama untuk
merealisasikan tujuan hidup yang mulia dan siap menghadapi ujian hidup.
Allah Ta'ala berfirman:
إِنْ
تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ
مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ
"Jika
kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan
(pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa
yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana." (QS. Al Nisaa': 104)
2.
Memiliki akhlak mulia yang mendorong untuk berbuat baik kepada sesama.
Manusia
adalah makhluk sosial yang harus melakukan interaksi dengan makhluk
sebangsanya. Dia tidak mungkin hidup sendiri tanpa memerlukan orang lain dalam
memenuhi seluruh kebutuhannya. Jika bersosialisasi dengan mereka merupakan satu
keharusan, sedangkan manusia memiliki tabiat dan pemikiran yang bermacam-macam,
maka pasti akan terjadi kesalahpahaman dan kesalahan yang membuatnya sedih.
Jika tidak disikapi dengan sikap bijak maka interaksinya dengan manusia akan
menjadi sebab kesengsaraan dan membawa kesedihan dan kesusahan. Karena itulah,
Islam memberikan perhatian besar terhadap akhlak dan pembinaannya. Hal ini
dapat kita saksikan dalam beberapa ayat dan hadits berikut ini,
a.
Firman Allah
dalam menyifati Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam,
وَإِنَّكَ
لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS. Al Qalam: 4)
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْوَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu." (QS. Ali Imran: 159)
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS. Al Qalam: 4)
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْوَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu." (QS. Ali Imran: 159)
b.
Perintah
Allah kepada kaum mukminin agar tolong menolong dalam kebaikan,
وَتَعَاوَنُوا
عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (QS. Al Maidah: 2)
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (QS. Al Maidah: 2)
c.
Perintah
Allah agar membalas keburukan orang dengan kebaikan,
وَلَا
تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ وَمَا
يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ
عَظِيمٍ
"Dan
tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu
tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang
besar." (QSl Fushshilat: 34-35)
d.
Sabda
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "sesungguhnya aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia."
e. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan sakit dan tidak bisa tidur." (Muttafaqun ‘Alaihi)
e. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan sakit dan tidak bisa tidur." (Muttafaqun ‘Alaihi)
3.
Memperbanyak dzikir dan merasa selalu disertai Allah.
Sesungguhnya keridlaan hamba tergantung pada dzat tempat bergantung. Dan Allah Dzat yang paling membuat hati hamba tentram dan dada menjadi lapang dengan mengingat-Nya. Karena kepadaNya seorang mukmin meminta bantuan untuk mendapatkan kebutuhan dan menghindarkan dari mara bahaya. Karena itulah, syariat mengajarkan beberapa dzikir yang mengikat antara seorang mukmin dengan Allah Ta'ala sesuai tempat dan waktu, yaitu ketika ada sesuatu yang diharapkan atau ada sesuatu yang menghawatirkannya. Dzikir-dzikir tadi mengikat seorang hamba dengan penciptanya sehingga dia akan mengembalikan semua akibat kepada yang mentakdirkannya.
Berikut ini beberapa nash yang menunjukkan hubungan dzikir dengan kebahagiaan seorang hamba.
Sesungguhnya keridlaan hamba tergantung pada dzat tempat bergantung. Dan Allah Dzat yang paling membuat hati hamba tentram dan dada menjadi lapang dengan mengingat-Nya. Karena kepadaNya seorang mukmin meminta bantuan untuk mendapatkan kebutuhan dan menghindarkan dari mara bahaya. Karena itulah, syariat mengajarkan beberapa dzikir yang mengikat antara seorang mukmin dengan Allah Ta'ala sesuai tempat dan waktu, yaitu ketika ada sesuatu yang diharapkan atau ada sesuatu yang menghawatirkannya. Dzikir-dzikir tadi mengikat seorang hamba dengan penciptanya sehingga dia akan mengembalikan semua akibat kepada yang mentakdirkannya.
Berikut ini beberapa nash yang menunjukkan hubungan dzikir dengan kebahagiaan seorang hamba.
a. Firman Allah
Ta'ala:
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Al Ra'du: 28)
b. Perintah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada seorang muslim ketika menikah.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَمِنْ شَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ
"Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabi'at yang dia bawa, dan aku berlindung dari keburukannya dan keburukan tabi'at yang dia bawa." (HR. Abu Daud no 2160, Ibnu Majah no1918 dan al Hakim).
c. Doa ketika terjadi angin ribut:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلْتَ بِهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلْتَ بِهِ
"Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan angin (ribut ini), kebaikan apa yang di dalamnya dan kebaikan tujuan angin dihembuskan. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan angin ini, kejahatan apa yang di dalamnya dan kejahatan tujuan angin dihembuskan." (Muttafaq 'Alaih)
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Al Ra'du: 28)
b. Perintah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada seorang muslim ketika menikah.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَمِنْ شَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ
"Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabi'at yang dia bawa, dan aku berlindung dari keburukannya dan keburukan tabi'at yang dia bawa." (HR. Abu Daud no 2160, Ibnu Majah no1918 dan al Hakim).
c. Doa ketika terjadi angin ribut:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلْتَ بِهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلْتَ بِهِ
"Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan angin (ribut ini), kebaikan apa yang di dalamnya dan kebaikan tujuan angin dihembuskan. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan angin ini, kejahatan apa yang di dalamnya dan kejahatan tujuan angin dihembuskan." (Muttafaq 'Alaih)
d. Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam mewajibkan untuk melakukan sebab (usaha), minta tolong
kepada Allah, dan tidak sedih jika hasil yang diharapkan tidak terwujud. "Bersemangatlah
mencari yang bermanfaat bagimu, minta pertolongan kepada Allah, dan jangan
lemah. Jika engkau tertimpa musibah janganlah berkata: ‘Seandainya saya berbuat
begini maka tentu tidak terjadi begitu.’ Namun katakanlah: ‘Allah telah
menakdirkan musibah ini. Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi’. Karena
perkataan ‘Seandainya’ dapat membuka perbuatan syetan." (HR. Muslim)
F. Manfaat hidup menurut islam
1. Menjaga kesehatan.
Kesehatan di sini mencakup semua sisi; badan, jiwa, akal, dan ruhani. Menjaga kesehatan badan merupakan fitrah manusia, karena berkaitan dengan kelangsungan hidup dan juga menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan materi seperti makan, minum, pakaian, dab kendaraan.
Islam sangat menghargai kehidupan manusia. Karenanya Islam melarang membunuh tanpa ada sebab yang dibenarkan syari’at sebagaimana Islam melarang setiap yang bisa membahayakan badan dan kesehatannya. Allah Ta’ala berfirman, “dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (QS. Al An’am: 151 dan al Isra’: 33)
“. . dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk . . ” (QS. Al A’raaf: 157)
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Tidak (boleh melakukan/menggunakan sesuatu yang) berbahaya atau membahayakan (orang lain).” (HR. Ahmad dalam Musnadnya, Malik dan Ibnu Majah)
Islam sangat menghargai kehidupan manusia.
Karenanya Islam melarang membunuh tanpa ada sebab yang dibenarkan syari’at sebagaimana Islam melarang setiap yang bisa membahayakan badan dan kesehatannya.
Kesehatan di sini mencakup semua sisi; badan, jiwa, akal, dan ruhani. Menjaga kesehatan badan merupakan fitrah manusia, karena berkaitan dengan kelangsungan hidup dan juga menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan materi seperti makan, minum, pakaian, dab kendaraan.
Islam sangat menghargai kehidupan manusia. Karenanya Islam melarang membunuh tanpa ada sebab yang dibenarkan syari’at sebagaimana Islam melarang setiap yang bisa membahayakan badan dan kesehatannya. Allah Ta’ala berfirman, “dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (QS. Al An’am: 151 dan al Isra’: 33)
“. . dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk . . ” (QS. Al A’raaf: 157)
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Tidak (boleh melakukan/menggunakan sesuatu yang) berbahaya atau membahayakan (orang lain).” (HR. Ahmad dalam Musnadnya, Malik dan Ibnu Majah)
Islam sangat menghargai kehidupan manusia.
Karenanya Islam melarang membunuh tanpa ada sebab yang dibenarkan syari’at sebagaimana Islam melarang setiap yang bisa membahayakan badan dan kesehatannya.
- Kesehatan jiwa: banyak orang yang tidak
memperhatikan kesehatan jiwa dan tidak memperdulikan cara untuk menjaganya,
padahal dia pilar pokok untuk meraih kebahagiaan. Karena itu, Islam sangat
memperhatikan pendidikan jiwa dan menyucikannya dengan sifat-sifat mulia.
Kesehatan jiwa tegak dengan iman lalu dihiasi dengan akhlak terpuji dan disterilkan dari akhlak buruk seperti marah, sombong, berbangga diri, bakhil, tamak, iri, dengki, dan akhlak buruk lainnya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى
“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Thaahaa: 131)
Kesehatan jiwa tegak dengan iman lalu dihiasi dengan akhlak terpuji dan disterilkan dari akhlak buruk seperti marah, sombong, berbangga diri, bakhil, tamak, iri, dengki, dan akhlak buruk lainnya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى
“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Thaahaa: 131)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “jika kalian bertiga, janganlah yang dua
orang berbisik-bisik tanpa mengikutkan yang satunya sehingg mereka berkumpul
dengan orang banyak supaya tidak membuatnya sedih.” (Muttafaq ‘Alaih)
Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain, boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok). Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman. Barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.” (QS. Al Hujuraat: 11)
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujuraat: 12)
Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain, boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok). Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman. Barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.” (QS. Al Hujuraat: 11)
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujuraat: 12)
- Kesehatan akal: Akal adalah sebab utama manusia
mendapat taklif (beban syari’at). Karenanya Allah memerintahkan untuk
menjaganya dan mengharamkan sesuatu yang membahayakan dan merusaknya. Sebab
utama yang menghilangkan kesadaran akal adalah hal-hal yang memabukkan dan yang
diharamkan. Allah Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (QS. Al Maaidah: 90-91)
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (QS. Al Maaidah: 90-91)
- Kesehatan rohani: Syari’at sangat memperhatikan
sarana-sarana yang bisa menjaga kesehatan ruhani. Makanya seorang mukmin
diperintahkan untuk dzikrullah setiap saat sebagaimana mewajibkan, batas
minimal, untuk memenuhi nutrisi ruhani seperti perintah shalat wajib, puasa,
zakat, haji dan medan yang lebih luas lagi dalam bentuk amal sunnah dan segala
amal untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Ibadah-ibadah ini mengikat seorang hamba dengan Rabb-Nya dan mengembalikannya kepada Sang Pencipta ketika tersibukkan oleh dunia. Karenanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “dan dijadikan kebahagiaan hatiku dalam shalat.” Beliau bersabda kepada Bilal, “wahai bilal, hibur kami dengan shalat.”
Syari’at juga melarang segala tindakan yang bisa merusak ruhani dan melemahkannya. Syari’at melarang mengikuti hawa nafsu, syubuhat, dan memanjkan diri dalam kenikmatan; karena menyebabkan hati menjadi buta dan lalai dari dzikrullah.
Ibadah-ibadah ini mengikat seorang hamba dengan Rabb-Nya dan mengembalikannya kepada Sang Pencipta ketika tersibukkan oleh dunia. Karenanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “dan dijadikan kebahagiaan hatiku dalam shalat.” Beliau bersabda kepada Bilal, “wahai bilal, hibur kami dengan shalat.”
Syari’at juga melarang segala tindakan yang bisa merusak ruhani dan melemahkannya. Syari’at melarang mengikuti hawa nafsu, syubuhat, dan memanjkan diri dalam kenikmatan; karena menyebabkan hati menjadi buta dan lalai dari dzikrullah.
Karena
itulah Allah menyifati orang-orang kafir laksana binatang, “Mereka itu tidak
lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya
(dari binatang ternak itu).” (QS. Al Furqaan: 44)
“Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka.” (QS. Muhammad: 12)
2. Berusaha meraih materi yang mendatangkan kebahagiaan.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Islam tidak mengingkari urgensi meteri untuk merealisasikan kebahagiaan. Hanya saja, semua materi ini bukan sebagai syarat mutlak untuk mendapatkan kebahagiaan, namun hanya sebagai sarana saja. Banyak nash menguatkan kenyataan ini, di antaranya firman Allah Ta’ala,
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ
“Katakanlah: ‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?” (QS. Al A’raaf: 32)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “sebaik-baik harta adalah yang dimiliki hamba shalih.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “di antara unsur kebahagiaan anak Adam: istri shalihah, tempat tinggal luas, dan kendaraan nyaman.”
Islam tidak mengingkari urgensi meteri untuk merealisasikan kebahagiaan.
Hanya saja, semua materi ini bukan sebagai syarat mutlak untuk mendapatkan kebahagiaan, namun hanya sebagai sarana saja.
“Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka.” (QS. Muhammad: 12)
2. Berusaha meraih materi yang mendatangkan kebahagiaan.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Islam tidak mengingkari urgensi meteri untuk merealisasikan kebahagiaan. Hanya saja, semua materi ini bukan sebagai syarat mutlak untuk mendapatkan kebahagiaan, namun hanya sebagai sarana saja. Banyak nash menguatkan kenyataan ini, di antaranya firman Allah Ta’ala,
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ
“Katakanlah: ‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?” (QS. Al A’raaf: 32)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “sebaik-baik harta adalah yang dimiliki hamba shalih.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “di antara unsur kebahagiaan anak Adam: istri shalihah, tempat tinggal luas, dan kendaraan nyaman.”
Islam tidak mengingkari urgensi meteri untuk merealisasikan kebahagiaan.
Hanya saja, semua materi ini bukan sebagai syarat mutlak untuk mendapatkan kebahagiaan, namun hanya sebagai sarana saja.
3.
Memanajemen waktu.
Waktu adalah modal utama manusia selama hidup di dunia. Karenanya Islam sangat memperhatikan waktu dan akan meminta pertanggungjawaban seorang mukmin tentang waktunya. Dan kelak di hari kiamat, dia akan ditanya tentang waktunya. Perintah dalam Islam sangat membantu manusia uantuk mengatur waktunya dan memanfaatkannya dengan baik antara memenuhi kebutuhan hidup dan materinya di satu sisi, dan untuk memenuhi kebutuhan ruhani dan ibadah pada sisi lainnya. Islam telah memerintahkan orang beriman untuk memanfaatkan waktu unutk kebaikan dan amal shalih.
Waktu adalah modal utama manusia selama hidup di dunia. Karenanya Islam sangat memperhatikan waktu dan akan meminta pertanggungjawaban seorang mukmin tentang waktunya. Dan kelak di hari kiamat, dia akan ditanya tentang waktunya. Perintah dalam Islam sangat membantu manusia uantuk mengatur waktunya dan memanfaatkannya dengan baik antara memenuhi kebutuhan hidup dan materinya di satu sisi, dan untuk memenuhi kebutuhan ruhani dan ibadah pada sisi lainnya. Islam telah memerintahkan orang beriman untuk memanfaatkan waktu unutk kebaikan dan amal shalih.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Tujuan
hidup menurut islam adalah ingin tercapainya kebahagian dunia dan akhirat
dengan cara
ü Beriman dan beramal shalih.
ü Memiliki
ahklak yang mulia
ü Memperbanyak
dzikir
Sebagai
seorang yang beragama islam kita hrus mengacu pada alquran dan alhadist dalam
menjalankan kehidupan didunia agar mencapai kebahagian di akhirat
Allah
berfirman:
الَّذِينَ
آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ
تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Al Ra'du: 28
DAFTAR PUSTAKA
Oxana.2011.”Kebahagiaan
Hidup Menurut Islam 2”.Malang.from, (http://blog.uin-malang.ac.id/oxana/2011/04/kebahagiaan-hidup-menurut-islam-2/,di
akses 15 oktober 2011).
Abdann.2007.”Pengertian
hidup menurut al qur’an”,[online], (http://indonesia.faithfreedom.org/forum/pengertian-hidup-menurut-al-qur-an-t10847/,di akses 15 oktober 2011).
Tamam,Badrul.2010.”
Kebahagiaan Hidup Menurut Islam 1”.[online],( http://m.voa-islam.com/news/aqidah/2010/03/27/4436/kebahagiaan-hidup-menurut-islam-%281/,di akses 15 oktober 2011).
Tristiyanto,Eri.2010.” Cara
membuat daftar isi otomatis Dgn MS Word 2007”. From,(http://eritristiyanto.wordpress.com/2010/02/07Cara membuat daftar isi
otomatis Dgn MS Word 2007 « Eri Tristiyanto blog's,di akses 25 oktober
2011).
Meretas
Jalan Menuju Khusnul Khotimah
Khusnul khotimah atau
akhir yang baik adalah harapan setiap muslim. Karena akhir kehidupan dunia akan
menjadi penentu kehidupan kita selanjutnya, yakni kehidupan dialam akherat.
Jika akhir kita baik maka kita akan mendapatkan kehidupan dikampung akherat baik
pula. Kita akan masuk kedalam syurga yang tinggi dengan sungai-sungai mengalir
dibawahnya. Sebaliknya jika akhir kita buruk maka kita akan mendapatkan adzab
yang dahsyat, mulai dari siksa kubur, ketegangan dan ketakutan dihari
berbangkit, hingga lidah api neraka serta berbagai bentuk siksaan yang pedih. Naudzu
billah min dzalik.
Bagaimana agar kita bisa mendapatkan khusnul
khotimah?
1. Selalu berdo’a
Kita seharusnya
senantiasa berdo’a agar diberikan kematian yang baik, kematian yang indah,
khusnul khotimah. Seorang muslim harus senantiasa berserah diri, pasrah, dan
mempersembahkan segalanya untuk Allah semata, sebagaimana firmanya:
“Katakanlah sesungguhnya sholat, ibadah, hidup
dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam” (QS. Al-An’am: 162)
Salah satu do’a yang
kita lantunkan adalah do’a yang terdapat dalam firman Allah sebagai berikut:
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar
(seruan) yang menyeru kepada iman ( yaitu) berimanlah kamu kepada TuhanMu, maka
kamipun beriman . ya Tuhan kami ampunillah bagi kami dosa-dosa kami dan
hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlha kami beserta orang-orang
yang berbakti.” (Qs. Ali Imran :193)
Memohon agar kita
dimasukkan ke syurga dan dihindarkan dari siksa api neraka juga merupakan
bentuk agar kita mendapatkan khusnul khotimah, karena bentuk dari khusnul
khotimah itu adalah dihindarkan dari neraka dan dimasukkan kedalam syurga.
Beberapa do’a diantaranya sebagai berikut:
“ Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan didunia
dan kebaikan di akherat dan peliharalah kami dari siksa api neraka” (QS. Al-Baqoroh : 201)
“Ya Rabb kami sesungguhnya kami telah beriman
maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka” (Qs. Ali Imran : 16)
Atau sebagaimana do’a dalam sebuah hadist:
اللهم
احسن عاقبتنا في الأُمور كلها وأجرنا من حزي الدنيا وعذاب الأخرة
“Ya Allah perbaguslah akhir daripada urusan kita
semua dan hindarkanlah kami dari kehinaan dunia dan adzab akhirat.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban
dan Tabrani)
2. Senantiasa beristiqomah
Beristiqomah alias teguh
untuk tetap dijalan Islam sangat penting karena ending dari hidup kita
akan sangat mempengaruhi perjalanan kita di akherat . Rasul bersabda tentang
orang yang mati dalam haji.
"Janganlah Engkau tutupi
kepalanya karena ia dibangkitkan pada hari kiamat dalam kondisi bertalbiah." (HR. Ibnu Abi Syaibah dan Tabrani)
Jadi meskipun seseorang
sejak kecil telah rajin beribadah, rajin sholat, rajin baca Al-Qur’an, berpuasa
dan sebagainya, namun ketika setelah dewasa ternyata mengalami kefuturan,
lantas berbuat kemaksiatan, dan ketika berbuat maksiat dia meninggal dunia,
maka ia akan dibangkitkan sebagaimana ia meninggal. Ketika kemaksiatan adalah
berzina ia akan dibangkitnya sebagai pezina. Berjudi, dibangkitkan sebagai
pejudi. Korupsi, dibangkitkan sebagai koruptor.
Adapun orang yang
senantiasa beriman senantiasa meneguhkan dan menjaga keimanan maka ia akan
mendapatkan ending yang baik .
Allah berfirman, Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan
mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih;
dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah
kepadamu".(Qs.Alfushilat:30)
3. Islamisasi Hidup
Islamisasi hidup adalah
menjadikan hidup kita berdasarkan syari’at Islam, mulai dari urusan kecil
seperti memotong kuku, buang air kecil, makan hingga urusan kenegaraan.
Islamisasi berarti menjadikan Al-Islam sebagai akhlaq kita, sebagai jalan hidup
kita.
Jika kita telah tercelup
dalam nilai-nilai Islam maka segala ucapan dan tindakan kita tidak lain adalah
gambaran dari Islam itu sendiri. Islamisasi hidup inilah yang akan membuat kita
mampu menggapai khusnul khatimah . Allah berfirman,
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada
anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku!
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati
kecuali dalam memeluk agama Islam".(Al-Baqarah: 132)
4. Mengingat mati
Mengingat mati merupakan
satu sarana istiqamah yang mengantarkan khusnul khatimah, karena semua
kemaksiatan pangkalnya adalah mengikuti syahwat dan lupa akan kematian .
kematian mengingatkan bahwa segala sesuatu dari kenikmatan dunia pasti berakhir
dan datanglah kenikmatan akherat yang abadi, kebahagiaan kehidupan akherat
tidak mungkin tercapai kecuali dengan kesudahan yang baik, sedang kematian akan
datang tiba-tiba, kematian membikin kecerdasan dalam menjaga amal sholeh,
Rasulullah bersabda, “ orang yang cerdas adalah orang yang menundukkan hawa
nafsunya dan beramal setelah matinya, dan orang yang lemah adalah orang yang
mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan terhadap Allah” (HR. Hakim dan
Tabrani)
5. Bangga terhadap Islam dan selalu mendakwahkanya
Bangga dengan Islam
melahirkan kebahagiaan dalam mengamalkanya, dan mendorong untuk selalu
berdakwah dan memperjuangkan Islam, semangat mengamalkan dan memperjuangkan
Islam mengantarkan seseorang untuk menjaga keimanan sampai ia menemui Allah
swt. Dan Allah akan meneguhkan hati orang yang beristiqamah di jalaNya sampai
bertemu dengaNya. Allah berfirman.
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang
beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat;
dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia
kehendaki.(QS. Ibrahim: 27)